Interaksi Komponen Abiotik dan Biotik pada Ekosistem Kebun Sekolah

LAPORAN PRAKTIKUM
INTERAKSI KOMPONEN ABIOTIK DAN BIOTIK PADA EKOSISTEM KEBUN SEKOLAH

DISUSUN OLEH (KELOMPOK 6) :

  1. Nopsi Eka Puspa
  2. Herrywanto Lumban Tungkup
  3. Intan Gusti Pratiwi
  4. Tri Kustanto
  5. Nuki Diniarta

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:
Dra. Hj. Endang Widi Winarni,M,Pd
Dra. Dalifa,M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2011

Tujuan Kegiatan

  • Menentukan suhu udara dan suhu tanah dikebun sekolah
  • Menentukan derajat keasaman tanah
  • Menentukan kandungan air didalam tanah atau daya serap tanah terhadap air
  • Mengidentifikasi tumbuhan dan hewan yang hidup pada ekosistem kebun sekolah

Alat Dan Bahan
a. menentukan suhu udara dan suhu tanah dikebun sekolah serta menentukan derajat keasaman tanah

  • Gelas ukur : 1 buah
  • Sendok plastik : 1 buah
  • Termometer : 1 buah
  • Cawan petri : 2 buah
  • PH-meter : 2 buah
  • Aquadest atau air netral : 40 ml
  • Tanah dari kebun sekolah : 100 gram
  • Tanah humus : 100 gram
  • b. menentukan kandungan air didalam tanah atau daya serap tanah terhadap air
  • Gelas ukur : 1 buah
  • Corong plastik : 1 buah
  • Kantung plastik : 3 buah
  • Kertas saring : 3 lembar ( 15 cm x 15 cm )
  • Timbangan : 1 buah
  • Tabung erlemeyer : 1 buah
  • Air bersih : 300 ml
  • Tanah kebun sekolah : 100 gram
  • Pasir : 100 gram
  • Tanah humus : 100 gram

c. mengidentifikasi tumbuhan dan hewan yang hidup pada ekosistem kebun sekolah

  • Buku
  • Pena

III.Langkah – langkah kegiatan
a. menentukan suhu udara dan suhu tanah dikebun sekolah serta menentukan derajat keasaman tanah.
Kegiatan:

  • Ukurlah suhu udara dan suhu tanah didalam ekosistem kebun sekolah,
  • Ambillah contoh tanah dari kebun sekolah kira-kira 1 sendok makan dan masukkan kedalam cawan petri kemudian hancurkan dan tambahkan 20 ml air netral serta aduklah hingga rata,
  • Ambillah tanah humus kira-kira 1 sendok makan dan hancurkan kemudian masukkan kedalam cawan petri kmudian hancurkan dan tambahkan 20 ml air netral serta aduklah hingga rata,
  • Diamkan air selama kurang lebih 15 menit, dan tunggulah hingga air kembali menjadi jernih, lalu ukurlah berapa PH atau derajat keasaman air tanah tersebut,
  • Tulislah berapa besarnya PH atau derajat keasaman kedua contoh tanah tersebut dalam tabel,

b. menentukan kandungan air didalam tanah atau daya serap tanah terhadap air
Kegiatan 1:

  • Ambillah tanah basah dari kebun sekolah sebanyak 100 gram kemudian jemurlah diatas kertas koran hingga kering,
  • Ambillah pasir basah sebanyak 100 gram,
  • Ambillah tanah humus sebanyak 100 gram,
  • Timbanglah kembali tanah basah yang sudah dijemur,
  • Hitunglah daya serap tanah terhadap air dengan rumus sebagai berikut:

Daya serap tanah =(berat basah-berat kering)/(berat basah tanah) x 100%

Atau

Daya serap tanah =jumlah air yang di tuangkan – jumlah air yang menetes X 100%
Jumlah air yang dituangkan

Kegiatan 2

  • Siapkan tabung erlmeyer yang kering,
  • Siapkan corong plastik dan lapisilah menggunakan kertas penyaring dan letakkan di atas tabung erlemeyer,
  • Tuangkan tanah yang sudah dikeringkan pada cara pertama, diatas corong plastik yang telah dilapisi dengan kertas penyaring kemudian tuangkan air sebanyak 100 ml secara perlahan-lahan, tunggulah hingga tidak ada lagi air yang menetes kedalam tabung erlemeyer,
  • Tuangkan pasir yang telah di ambil pada cara pertama, diatas corong plastik yang telah dilapisi dengan kertas penyaring kemudian tuangkan air sebanyak 100 ml secara perlahan-lahan, tunggulah hingga tidak ada lagi air yang menetes kedalam tabung erlemeyer,
  • Tuangkan tanah humus yang sudah di ambil pada cara pertama, diatas corong plastik yang telah dilapisi dengan kertas penyaring kemudian tuangkan air sebanyak 100 ml secara perlahan-lahan, tunggulah hingga tidak ada lagi air yang menetes kedalam tabung erlemeyer,
  • Ukurlah sisa air yang menetes kedalam tabung erlemeyer,
  • Hitunglah daya serap tanah terhadap air dengan rumus sebagai berikut:

Daya serap tanah = (jumlah air yang dituangkan-jumlah air yang menetes)/(jumlah air yang dituangkan) x 100%

IV.Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan suhu udara dan suhu tanah dikebun sekolah

  • Suhu udara kebun sekolah 30o c
  • Suhu tanah kebun sekolah 27o c

Hasil pengamatan besarnya PH atau derajat keasaman tanah kebun sekolah dan tanah humus

No Jenis tanah PH Asam atau basa Subur atau tidak subur

  1. Tanah kebun sekolah     6      Asam       Tidak subur
  2. Tanah humus                8      Basa         Subur

Hasil pengamatan daya serap tanah terhadap air sebagai berikut:
1.    Tanah kebun sekolah
Diketahui:

  • Tanah basah 100 gram
  • Tanah yang sudah dikeringkan 40 gram
  • Air yang dituangkan 100 ml
  • Air yang menetes 66 ml
  • Ditanya: Daya serap tanah terhadap air?

Jawab:
Daya serap tanah = (berat basah-berat kering)/(berat basah tanah) x 100%

= (100 gram-66 gram)/(100 gram) x 100%
= 34%

2.    Pasir
Diketahui :

  • Tanah basah 100 gram
  • Air yang dituangkan 100 ml
  • Air yang menetes 50 ml
  • Ditanya: Daya serap pasir terhadap air?

Jawab :
Daya serap tanah = (jumlah air yang dituangkan-jumlah air yang menetes)/(jumlah air yang dituangkan) x 100%

= (100 ml-50 ml)/(100 ml) x 100%
= 50 %

3.    Tanah humus
Diketahui :

  • Tanah humus 100 gram
  • Air yang dituangkan 100 ml
  • Air yang menetes 80 ml
  • Ditanya: Daya serap tanah humus terhadap air?

Jawab :
Daya serap tanah = (jumlah air yang dituangkan-jumlah air yang menetes)/(jumlah air yang dituangkan) x 100%

= (100 ml-80 ml)/(100 ml) x 100%
= 20%
V. PEMBAHASAN
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
1.    Abiotik
Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.[4] Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya.[2] Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang memengaruhi distribusi organisme, yaitu:

  1. Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Mamalia dan unggas membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.
  2. Air. Ketersediaan air memengaruhi distribusi organisme. Organisme di gurun beradaptasi terhadap ketersediaan air di gurun.
  3. Garam. Konsentrasi garam memengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui osmosis. Beberapa organisme terestrial beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam tinggi.
  4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya memengaruhi proses fotosintesis. Air dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. Di gurun, intensitas cahaya yang besar membuat peningkatan suhu sehingga hewan dan tumbuhan tertekan.
  5. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah.
  6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu.

2.   Biotik
Biotik adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik adalah suatu komponen yang menyusun suatu ekosistem selain komponen abiotik (tidak bernyawa). Berdasarkan peran dan fungsinya, makhluk hidup dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

  1. Heterotrof / Konsumen

Komponen heterotrof terdiri dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh organisme lain sebagai makanannya. Komponen heterotrof disebut juga konsumen makro (fagotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih kecil. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

2.    Pengurai / dekomposer

Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Pengurai disebut juga konsumen makro (sapotrof) karena makanan yang dimakan berukuran lebih besar. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Yang tergolong pengurai adalah bakteri dan jamur. Ada pula pengurai yang disebut detritivor, yaitu hewan pengurai yang memakan sisa-sisa bahan organik, contohnya adalah kutu kayu. Tipe dekomposisi ada tiga, yaitu:

  • aerobik : oksigen adalah penerima elektron / oksidan
  • anaerobik : oksigen tidak terlibat. Bahan organik sebagai penerima elektron /oksidan
  • fermentasi : anaerobik namun bahan organik yang teroksidasi juga sebagai penerima elektron. komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan ekosistem yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, ekosistem ini terdiri dari ikan sebagai komponen heterotrof, tumbuhan air sebagai komponen autotrof, plankton yang terapung di air sebagai komponen pengurai, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir, batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

Ketergantungan
Ketergantungan pada ekosistem dapat terjadi antar komponen biotik atau antara komponen biotik dan abiotik Ketergantungan antar komponen biotik dapat terjadi melalui:
Rantai makanan, yaitu perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua, terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora. Setiap pertukaran energi dari satu tingkat trofi ke tingkat trofi lainnya, sebagian energi akan hilang.
Jaring- jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Jaring-jaring makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Ketergantungan antara komponen biotik dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi, seperti:

  • siklus karbon,
  • siklus air,
  • siklus nitrogen,
  • siklus sulfur.

2. Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa suatu ekosistem terdiri dari lingkungan fisik (abiotik) , mahluk hidup (biotik), dan aliran materi dan energi (interaksi). Aliran materi dan energi dalam suatu lingkungan akuarium dapat disederhanakan sebagai suatu sistem rantai makanan.

A.     Ekosistem darat

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.

2.     Bioma padang rumput

Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular

3.     Bioma Hutan Basah

Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.

4.     Bioma hutan gugur

Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).

5.     Bioma taiga

Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.

6.     Bioma tundra

Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi.Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.

2.   Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.

  1. Plankton ;  terdiri alas fitoplankton dan zooplankton biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
  2. Nekton ;  hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
  3. Neuston :  organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
  4. Perifiton :  merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
  5. Bentos :  hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas misalnya cacing dan remis.

B.    Ekosistem air laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, kestuari, dan terumbu karang.
1.     Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah termoklin.
Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut.

  • Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat
  • Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meterc. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m
  • Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).

Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut

  • Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200m.
  • Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000m.
  • Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m
  • Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m|
  • Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000m.

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.

C.   Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya.

Ekosistem buatan mendapatkan subsidi energi dari luar:

  • tanaman atau hewan peliharaan didominasi bendungan
  • hutan tanaman produksi seperti jati dan pinus
  • agroekosistem berupa sawah tadah hujan
  • sawah irigasi
  • perkebunan sawit
  • ekosistem pemukiman seperti kota dan desa
  • ekosistem ruang angkasa.
  • pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah.

Contoh ekosistem buatan adalah:

  1. Ekosistem kota memiliki metabolisme tinggi sehingga butuh energi yang banyak. Kebutuhan materi juga tinggi dan tergantung dari luar, serta memiliki pengeluaran yang eksesif seperti polusi dan panas.
  2. Ekosistem ruang angkasa bukan merupakan suatu sistem tertutup yang dapat memenuhi sendiri kebutuhannya tanpa tergantung input dari luar. Semua ekosistem dan kehidupan selalu bergantung pada bumi.

VI. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kami lakukan, dapat diketahui bahwa jenis tanah yang baik untuk tanaman hijau adalah tanah humus. Karena tanah humus memiliki ph yang tidak asam dan juga tidak terlalu basa, yaitu sekitar 8-9. Selain itu tanah humus juga mengandung banyak unsur hara, yang ditandai dengan warna tanahnya yang hitam.

Tanah humus juga memiliki suhu yang relatif dingin yaitu sekitar 25 0 C, hal ini bagus untuk pertumbuhan tanaman hijau. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tanah kebun sekolah adalah tanah yang kurang subur, karena selain warna tanahnya yang kuning PH nya juga tergolong asam yaitu 6. Hal ini kurang bagus untuk perrtumbuhan tanaman hijau.
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang kami lakukan dapat diketahui bahwa jenis tanah yang dapat menyimpan air adalah tanah humus, karena dari hasil percobaan yang dilakukan tanah humus memiliki daya serap 20%, tanah kebun sekolah 34%, dan pasir 50%. Sehingga air yang tersimpan dalam tanah humus adalah sebanyak 80%, tanah kebun sekolah 66%, dan pasir 50%. Jadi kesimpulannya tanah humus adalah jenis tanah yang paling tinggi dapat menyimpan air, dibandingkan tanah kebun sekolah dan pasir. Sedangkan untuk jenis tanah yang paling sedikit dapat menyimpan air adalah pasir. Karena pasir memiliki daya serap dan daya menyimpan air yang seimbang yaitu 50%.
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan dapat kami ketahui bahwa tanah yang subur bagi tumbuhan hijau adalah tanah humus yang memiliki ciri – ciri, yaitu:

  • Memiliki PH sekitar 7-9
  • Memiliki daya serap yang tinggi
  • Daya simpan air tinggi
  • Mengandung humus atau unsur hara.

Karena tanah kebun sekolah yang diamati tergolong tanah yang kurang subur, untuk memperbaikinya yang harus kita lakukan adalah, yang pertama, perbaiki struktur tanah dengan cara digemburkan. Tanah yang sudah digemburkan daya serap airnya juga akan bertambah. Setelah itu untuk menambah unsur haranya, sebaiknya diberi pupuk kandang yang cukup.
Hal yang harus dilakukan dalam perawatan agar tanaman dapat tumbuh dengan subur yaitu, selain memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, penyiraman yang teratur juga merupakan hal yang penting. Selain itu pembersihan gulma atau tumbuhan yang menggangu perlu dilakukan agar tidak menghambat pertumbuhan tanaman.

VII. Rujukan
Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm. 13-15
(Inggris) Campbell NA, Reece JB. 2009. Biology. USA: Pearson Benjamin Cummings. Page. 415-419.
ITB. 2004. Ekosistem sebagai lingkungan hidup manusia. Diakses pada 11 April 2010.
Anonim. 2000. Susunan dan Macam EkosistemDiakses pada 11 Apr 2010.
Aryulina D, et al. 2004. Biologi SMA untuk kelas X. Jakarta: Esis.Hlm. 211-215.
Anonim. 2010. EkosistemDiakses pada 11 Apr 2010.
Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ekosistem&oldid=4983434”

Tinggalkan komentar